UA-169280022-1 Aliran Rasa Tahapan Ulat-Ulat Kelas Bunda Cekatan - Lembar Arsita Rahadiyani, Personal Blog milik Arsita Rahadiyani Loekito berisi cerita dan pengalaman

Aliran Rasa Tahapan Ulat-Ulat Kelas Bunda Cekatan

by - April 03, 2021

Aliran Rasa Tahapan Ulat-Ulat Kelas Bunda Cekatan

 
Tahun 2017 adalah wal bergabung dengan komunitas Ibu Profesional melalui kelas Matrikulasi. Disana aku baru mengenal dengan apa itu aliran rasa. Ternyata itu merupakan wadah untuk menuangkan semua rasa, asa, keluh kesah, kebahagian yang dirasakan setelah menyelesaikan sesuatu tantangan aktivitas. Dan kini setelah delapan pekan menjalani tantangan sebagai ulat pembelajar, waktunya menuliskan segala hal yang terasa di hati. Aliran Rasa Pekan Kedelapan Tahapan Ulat Kelas Bunda Cekatan

Aliran Rasa Pekan Kedelapan Tahapan Ulat Kelas Bunda Cekatan 


Tahapan Ulat-Ulat Kelas Bunda Cekatan Batch 2 merupakan tahapan yang lebih panjang dibandingkan dengan tahapan Bunda Cekatan lainnya, seperti telur dan kepompong yang akhirnya menjadi kupu-kupu. 


Sosok ulat yang perlu mengkonsumsi aneka makan bergizi untuk persiapannya menuju fase kepompong. Daun yang dilahap oleh ulat haruslah yang masih hijau serta bergizi tinggi. Jadi bukan hanya dari segi kuantitas yang dipentingkan tetapi faktor kualitas pun haruslah diperhatikan. 


Itulah poin utama yang ditekan kepada kami para penjelajah Hutan Kupu-Kupu Cekatan. Yakni, fokus pada hal-hal yang diperlukan bagi diri sendiri. Fokus pada kebutuhan keterampilan yang perlu dilatih secara lebih mendalam. 


Harus jujur pada diri sendiri akan apa yang dibutuhkan, dan mencarinya dengan serta selektif terhadap apa yang akan dipelajari. 

Berani untuk berkata pada diri,”Itu menarik, tapi saat ini, itu bukanlah hal menarik bagi diri. 


Aliran Rasa Pekan Kedelapan Tahapan Ulat Kelas Bunda Cekatan 


Tahapan Ulat dimulai dengan mencari tahu ilmu apa saja yang hendak dipelajari, dimana ini sesuai dengan mind map atau kerangka pikiran yang ingin dicapai. Selanjutnya bergabung dengan kelompok kecil yang memiliki kerangka pemikiran yang sama. Di situ aku menyadari ternyata ada banyak orang yang memiliki tantangan yang sama dalam mengelola emosi. 


Berdiskusi dengan teman-teman baru yang berasal dari regional yang berbeda, sungguh seru sekali. Jelang akhir tahapan ulat, mendapat tantangan untuk berkenalan dan menggali lebih dalam diikuti berbagi atas sebagian ilmu yang telah diperoleh. Bahkan mulai menggiatkan lagi akun podcast yang pernah dibuat saat mengikuti kelas Public Speaking for Moms menjadi salah satu hasil yang diperoleh.


Tentu saja yang paling utama adalah ilmu tentang mengelola emosi, aku peroleh dari hasil berkelana di Hutan Belantara Ilmu Pengetahuan. Jujur, tidak banyak acara live sharing yang aku ikuti, karena bertepatan dengan kesibukan mempersiapkan tahapan penting bagi kami sekeluarga yakni kembali pulang ke tanah air setelah lima tahun mendapatkan kesempatan nikmat tinggal di bumi Allah yang lain. Meskipun demikian, sesi berbagi pengalaman yang kuikuti tersebut banyak memberikan insight bagiku.


Semenjak pekan keenam, kegiatan domestik untuk mempersiapkan kepulangan ke tanah air mulai makin padat. Pengelolaan waktu, dan juga emosi harus benar-benar aku terapkan agar semua bisa berjalan baik,dan aktivitas di Bunda Cekatan juga tetap bisa diselesaikan dengan baik. Bahkan di hari terakhir pengumpulan jurnal pekan ketujuh, aku sedang mempersiapkan diri untuk melakukan Tes PCR di Jepang. 


Baca Juga: Pengalaman Tes PCR di Jepang Saat Pandemi Covid-19 


Sedangkan di masa pekan kedelapan ini, di tengah kondisi pasca mendarat di Terminal 3 Internasional Bandara Soekarno Hatta, sempat membuatku sulit mengakses sinyal telepon sehingga hampir tertinggal untuk mendapatkan Buddy. Berkat dukungan dan bantuan teman satu tim dan juga sahabat terbaik, akhirnya bisa sampai di pekan terakhir tahapan ulat-ulat. 


Baca Juga: Waktunya Meramu Bekal untuk Buddy


Yang paling utama adalah

Aha..ternyata sekarang aku mendapatkan ilmu yang sangat berarti… Pertama harus bisa mengenali rasa/emosi yang hadir dalam diri. Kedua, mengelola emosi yang muncul dalam diri, dengan belajar untuk terus menjadikan emosi hanyalah sebagai penumpang dalam hidup kita, jangan tempatkan ia sebagai pengemudi, kita sendirilah yang harus tetap berperan mengambil kendali atas arah dalam hidup kita. Jadikan ia sebagai penumpang, lalu jamulah ia dengan jamuan yang terbaik dan turunkanlah ia di pemberhentian dan waktu yang tepat. 


Terima kasih Bunda Cekatan. 


Semoga semangat ini terus terjaga sampai garis finish nanti. 


Arsita Rahadiyani Loekito 

You May Also Like

0 comments

Terima kasih sudah berkunjung, dan berkomentar dengan santun 😊

Cara mengisi komentar:
Pilih NAME/URL, Ketik dengan URL Blog, Isi komentar 📝