UA-169280022-1 5 Aspek Perkembangan Anak Yang Wajib Bunda Ketahui - Lembar Arsita Rahadiyani, Personal Blog milik Arsita Rahadiyani Loekito berisi cerita dan pengalaman

5 Aspek Perkembangan Anak Yang Wajib Bunda Ketahui

by - May 16, 2020


5 Aspek Perkembangan Anak Yang Wajib Bunda Ketahui


Bunda tentu sudah sering mendengar pernyataan bahwa memantau perkembangan anak saat usia dini sangat penting untuk keberlangsungan masa depannya. Nah, apakah Bunda sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan Anak Usia Dini itu sendiri kemudian Apa Saja Aspek Perkembangan yang harus kita pantau? Berikut ini adalah 5 aspek perkembangan si Kecil yang sebaiknya bunda ketahui.

Pengertian Anak Usia Dini

Pemerintah melalui UU Sisdiknas mendifinisikan anak usia dini adalah anak dengan rentang usia 0-6 tahun. Sejalan dengan itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO), juga memberikan penjabaran yang serupa bahwa  anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun. 
Usia dini adalah masa kritis bagi anak karena di periode inilah otak anak berkembang dengan sangat pesat dan masih bisa berubah sesuai bentukan dan arahan dari orangtua serta pengaruh dari faktor lingkungan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menekankan perkembangan anak usia dini yang paling krusial adalah pada 1.000 hari pertama kehidupan (dari awal kehamilan hingga anak berusia 2 tahun). Di fase sini, kapasitas otak anak berkembang hingga 80 persen dibanding otak orang dewasa. Bila ada gangguan perkembangan, orangtua harus segera mencari solusinya agar tidak memengaruhi kualitas hidupnya.
Beberapa ahli menyebut bahwa fase ini sebagai golden age karena masa ini akan sangat menentukan seperti apa mereka kelak jika dewasa baik dari segi fisik, mental maupun kecerdasan.Perkembangan otak pada anak usia dini bisa dicapai secara maksimal apabila diberikan rangsangan yang tepat terhadap semua unsur-unsur perkembangan baik rangsangan terhadap motorik, rangsangan terhadap perkembangan intelektual, rangsangan terhadap sosial-emosional dan rangsangan untuk berbicara (language development). 

Apa Saja Aspek Perkembangan Anak Usia Dini?


Agar memudahkan Bunda lebih memahami dan melakukan pemantauan terhadap si kecil, kita bisa membagi Perkembangan Anak menjadi empat kategori, yaitu:
  • Perkembangan fisik 
  • Perkembangan motorik
  • Kemampuan berkomunikasi atau berbahasa
  • Perkembangan Kognitif (belajar, berpikir, dan memecahkan masalah)
  • Kemampuan Sosial kemandirian dan emosional.
Untuk mewujudkan anak usia dini yang sehat, keempat aspek ini harus berjalan secara berdampingan. Artinya, Bunda dan Ayah dituntut mengembangkan kecerdasan anak bukan hanya diukur dari kemampuannya di salah satu aspek saja.

Anak usia dini adalah individu yang unik. 
Apa makna dari anak usia dini adalah individu yang unik? Artinya masing-masing anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan aspek fisik dan motorik, sosial & emosional, kognitif, serta kemampuan berkomunikasi dan bahasa yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Jadi perkembangan tiap anak satu dengan yang lainnya berbeda.

Perkembangan Fisik

Infograsif Perkembangan Fisik Anak
Sumber: Kompasiana

Aspek perkembangan anak usia dini yang fokus pada perkembangan fisik ini meliputi pertambahan berat badan, tinggi badan, ukuran lingkar dada, ukuran lingkar kepala dan perkembangan otak. 
Bunda, sangat disarankan untuk selalu mencatat perkembangan anak setiap bulannya. Ini berguna untuk memantau dan melakukan tindakan perbaikan sesegera mungkin bila terjadi ada indikasi gangguan pertumbuhan pada anak. 

Perkembangan Motorik

Perkembangan Motorik Anak
Sumber: WikiBunda


Aspek perkembangan motorik pada anak usia dini dibagi menjadi dua yakni. Yang pertama adalah motorik kasar, yakni gerakan anggota tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau seluruh bagian tubuh, yang diperngaruhi oleh usia, berat badan dan perkembangan anak secara fisik. Contohnya kemampuan duduk, berdiri, menendang, berlari atau naik turun tangga. Perkembangan kemampuan motorik kasar ini beriringan dengan proses kematangan fisik anak. Bila perkembangan fisik berjalan dengan baik, maka ia pun semakin  piawai menyelaraskan gerakan tubuh dengan minat ataupun kebutuhannya. 
Yang kedua adalah motorik halus, yakni kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot kecil serta koordinasi antara mata dengan tangan. Saraf motorik halus ini dapat dikembangan dan dilatih melalui kegiatan secara rutin, seperti bermain puzzle, meyusun balok, memasukkan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya dan sebagianya. Kemampuan motorik halus setiap anak berbeda-beda, baik dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh pembawaan anak serta stimulasi yang didapatnya. 

Kemampuan Berkomunikasi atau Berbahasa

Kemampuan Berbahasa pada Anak Usia Dini
Di usia 6 bulan, bayi mulai mengeluarkan suara vokal dan konsonan. Dokumen Pribadi.

Periode kritis dalam perkembangan kemampuan bahasa terjadi sejak bayi baru lahir sampai dengan usia lima tahun. Kemampuan berbahasa anak tumbuh dan berkembang pesat selama masa prasekolah. Sebagai salah satu aspek perkembangan anak usia dini, kemampuan berbahasa dapat menjadi indikator seluruh perkembangan anak. Pasalnya, melalui kemampuan berbahasa dapat pula dideteksi keterlambatan ataupun kelainan pada sistem lain, seperti kemampuan kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi, dan lingkungan di sekitar anak.

Perkembangan Kognitif

Sumber: https://tw.voicetube.com/

Perkembangan kognitif mengacu pada tahapan kemampuan seorang anak dalam memperoleh makna dan pengetahuan dari pengalaman serta informasi yang ia dapatkan. Perkembangan kognitif meliputi proses mengingat, pemecahan masalah, dan juga pengambilan keputusan
Teori perkembangan kognitif (cognitive theory) yang banyak digunakan saat ini adalah yang dikemukakan oleh Jean Piaget, seorang profesor psikologi dari Universitas Geneva, Swiss. Ia menyatakan bahwa anak-anak memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Sebagai bagian dari aspek perkembangan anak usia dini, perkembangan kognitif anak dibagi Piaget ke dalam 4 tahap, yaitu:
  • Tahap sensorimotor (0-24 bulan)
    Pada masa ini, kemampuan bayi terbatas pada gerak refleks dan panca inderanya. Bayi tidak dapat mempertimbangkan kebutuhan, keinginan, atau kepentingan orang lain. Maka dari itu, bayi dianggap “egosentris”.
  • Tahap praoperasional (2-7 tahun)
    Pada masa ini, anak mulai dapat menerima rangsangan, tetapi sangat terbatas. Ia juga masih “egosentris” karena hanya mampu mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang dirinya sendiri. Kemampuan berbahasa dan kosakata anak juga sudah berkembang, meski masih jauh dari logis.
  • Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
    Pada masa ini, kemampuan mengingat dan berpikir secara logis pada anak sudah meningkat. Anak juga sudah mengerti konsep sebab akibat secara rasional dan sistematis. Kemampuan belajar konsep meningkat, sehingga anak mulai dapat belajar matematika dan membaca.
  • Tahap operasional formal (mulai umur 11 tahun)
    Pada masa ini, anak sudah mampu berpikir secara abstrak dan menguasai penalaran. Kemampuan ini akan membantu anak melewati masa peralihan dari masa remaja menuju fase dewasa atau du

Kemampuan Sosial Kemandirian dan Emosional

Aspek perkembangan anak usia dini ini pun awalnya telah dimulai sejak bayi dilahirkan. Dari segi emosional misalnya, dapat dilihat dari berbagai contoh sikap bayi, misalnya tersenyum atau menghentak-hentakkan kaki saat ia senang. Atau, menangis untuk mengekspresikan rasa tidak senang atau tidak puasnya. Pada masa pertumbuhan, anak cenderung mengungkapkan emosinya dengan gerakan otot, seperti melempar, membanting, ataupun memukul barang. Namun, dengan bertambahnya usia, reaksi emosional umumnya akan berubah menjadi verbal alias pengucapan perasaan atau kata-kata tertentu.
Sementara itu, kedekatan bayi dengan orang dewasa adalah langkah awal menuju tahap-tahap perkembangan sosialnya. Perkembangan sosial mengacu kepada perkembangan kemampuan anak dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Pada awalnya, anak hanya mengenal orang-orang yang berada di dekatnya, seperti pengasuh utama, kakak atau adik, dan orang lain yang tinggal serumah dengannya. Seiring dengan pertambahan usia anak, ia akan mengenal orang di luar rumah dan perlu diajari aturan-aturan dalam bersosialisasi, seperti sopan santun, disiplin, dan lain sebagainya.


Selain dari kelima aspek perkembangan di atas, Bunda juga perlu memahami bahwa anak usia dini memiliki karakterisktik yang khas, yaitu: 

  • Rasa ingin tahu yang besar
  • Pribadi yang unik
  • Suka berfantasi dan berimajinasi
  • Menunjukkan sikap egosentris
  • Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek

Dengan memahami dunia dan karakteristik anak, diharapkan Bunda dapat memberikan stimulasi yang tepat dan sesuai dalam mendukung tumbuh kembang si Kecil. Pemahaman terhadap perkembangan anak usia dini juga dapat membantu Bunda dalam memahami dan membentuk kepribadian si Kecil.

Masing-masing anak akan melalui perkembangan usia dini yang unik (berbeda antara satu dengan yang lain), bahkan bagi mereka yang dibesarkan di keluarga dan lingkungan yang sama. Jadi yang perlu diingat adalah setiap anak telah memiliki keunikannya tersendiri, janganlah Bunda dan Ayah menyamaakannya dengan anak lain.

Memantau perkembangan anak usia dini bukan seperti membaca grafik yang akan mulus dari awal hingga akhir. Bila Bunda mengalami kesulitan atau merasa menemukan kejanggalan dalam perkembangan anak usia dini, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter tumbuh kembang agar bisa memperoleh saran dan arahan yang sesuai. 
Semoga bermanfaat
Salam
ARL


Sumber: 
  • https://www.sehatq.com/artikel/mengoptimalkan-perkembangan-anak-usia-dini
  • https://www.brainfit.co.id/kemampuan-kognitif/




You May Also Like

0 comments

Terima kasih sudah berkunjung, dan berkomentar dengan santun 😊

Cara mengisi komentar:
Pilih NAME/URL, Ketik dengan URL Blog, Isi komentar 📝