UA-169280022-1 Menjalani Ramadhan di Jepang - Lembar Arsita Rahadiyani, Personal Blog milik Arsita Rahadiyani Loekito berisi cerita dan pengalaman

Menjalani Ramadhan di Jepang

by - May 09, 2020

Islam di Jepang, Menjalani Ramadhan di Jepang
Menjalani Ramadhan di Jepang


Sebagai warga muslim, saat akan datang ke Jepang, tidak dipungkiri tentu pernah terlintas dalam benak tentang bagaimana menjalani kehidupan islami di Jepang. Mulai tentang dimana tempat ibadah, bagaimana menjalankan ibadah di negara yang Islam menjadi minoritas, tentang makanan halal atau tentang sosialisasi dengan komunitas muslim lainnya. Alhamdulillah, setelah dapat merasakan kesempatan untuk tinggal di Jepang, aku bisa berbagi sedikit pengalaman tentang Kehidupan Islam di Jepang. Berikut ini sepenggal cerita tentang Menjalani Ramadhan di Jepang.


Menjalani Ramadhan Pertamaku di Jepang

Hari keenam bulan Juni 2016 adalah hari pertama aku merasakan nikmatnya sahur di Tsukuba. Kota yang telah dipilih oleh Pemerintah Jepang sebagai Kota Ilmu Pengetahuan pada tahun 1963, sehingga menjadikan kota ini terkenal dengan julukan Tsukuba Science City. Kota ini hanya berjarak sekitar 60 km dari Stasiun Tokyo dan dapat ditempuh kurang lebih satu jam dari sana dengan menggunakan moda transportasi bus. Dengan ridhoNya, akhirnya aku bisa berangkat menyusul suami yang telah setahun lebih dahulu berada di Jepang, untuk menempuh tugas belajar di Universitas Tsukuba, salah satu icon kota ini.
Cuaca di Jepang saat bulan Juni sudah mulai panas dan cenderung turun hujan, hal ini karena telah memasuki masa peralihan antara musim semi, 春 (baca: haru) menuju ke musim panas, 夏 (baca: natsu). Suhu udara biasanya berkisar antara 25O~33OC. Periode peralihan musim ini berlangsung antara bulan Juni sampai dengan pertengahan bulan Juli.
Saat pelajaran bahasa, 先生, baca: sensei (sebutan untuk guru dalam bahasa Jepang) menjelaskan bahwa khusus periode peralihan musim semi menuju musim panas saja yang memiliki sebutan tersendiri yaitu 梅雨, (baca: tsuyu). Kata 梅雨terdiri atas dua kanji. Kanji 梅 bisa dibaca うめ、ume, (Kunyomi, Japanese reading) dan dibaca つ、tsu, (Onyomi, Chinese reading), yang artinya buah plum. Sedangkan Kanji 雨 bisa dibaca あめ、ame, (Kunyomi, Japanese reading) dan dibaca ゆ、yu, (Onyomi, Chinese reading), yang artinya hujan. Jadi bila secara harfiah, makna dari kanji 梅雨 adalah hujan plum. Jadi pada musim tsuyu ini merupakan saat berbuahnya pohon buah plum, atau di Jepang lebih sering dikenal dengan buah ume, yakni di saat musim hujan.
Malam hari sebelum waktunya santap sahur, aku memutuskan untuk tetap terjaga selepas sholat Isya, meski mata sudah mulai berat menahan kantuk. Pilihan yang harus diambil kala itu, karena khawatir akan kebablasan alias terlewat untuk bangun sahur karena ketiduran. Hari pertama puasa di Jepang, kami bersantap sahur sekitar pukul 01.45 JST (Japan StandardTime). Sahur terdini buatku bila dilihat dari waktunya. Karena selama di Indonesia, waktu bersantap sahur biasanya dimulai sekitar pukul 03.00 WIB.
Bulan Juni, periode siang hari lebih panjang dari malam hari. Ini terjadi karena belahan bumi bagian utara menerima sinar matahari lebih banyak dari pada belahan bumi bagian selatan. Berbalikan dengan Jepang, di bulan keenam ini negara di belahan bumi bagian selatan seperti Australia dan New Zealand akan mengalami malam hari yang panjang. Hal itulah yang menyebabkan bila bulan Ramadhan jatuh di periode musim panas, lamanya durasi berpuasa kaum muslim akan menjadi lebih panjang.
Di hari pertama puasa, kami melaksanakan sholat Subuh pada pukul 02.30 JST dan berbuka puasa saat Adzan Maghrib di pukul 18.55 JST. Kali pertama beribadah puasa lebih dari 14 jam, durasi puasa yang dilakukan saat berada di Tanah Air Indonesia. MashaAllah. MashaAllah. Dan kian hari periode siang hari akan semakin panjang, karena menjelang puncak musim panas.
Selain mendapatkan pengalaman untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan di Jepang bertepatan dengan musim panas, hal lain yang berkesan adalah saat mengikuti aneka kegaiatan ibadah di rumah Allah. Sungguh suatu nikmat bagi kami kaum muslim yang tinggal di Tsukuba, karena bisa menemukan tempat ibadah yang tidak terlampau jauh dari kawasan kampus universitas.
Masjid Tsukuba beralamat di 315-10 Kaname, Tsukuba-shi, dengan kode pos: 300-2662. Hanya berjarak sekitar 2,5 km sebelah Timur dari Hall milik Universitas Tsukuba. Masjid ini dulunya adalah sebuah bangunan tua, namun setelah diakuisisi oleh komunitas muslim di Tsukuba, Indonesia salah satunya, bangunan tersebut secara resmi dipergunakan untuk aktivitas ibadah. TIA atau Tsukuba Islamic Association merupakan organisasi resmi yang menaungi Masjid Tsukuba.
Selama Ramadhan, selain aktivitas sholat berjamaah di lima waktu dilakukan juga ibadah sholat Tarawih berjamaah yang dilakukan mulai sekitar pukul 20.15 JST. Yang paling berkesan adalah bisa mendengarkan secara langsung lantunan bacaan Al-Quran oleh saudara muslim yang bertindak sebagai Imam sholat. Biasanya selama ini, mendengarkan lantunan bacaan Al-Quran oleh saudara muslim dari negara lain hanya melalui platform youtube saja. Selain itu saat sholat tarawih ada target surat yang dibaca setiap harinya, satu juz Al-Quran setiap satu malam. Sehingga dalam satu bulan Ramadhan tiga puluh juz Al-Quran akan tuntas dibaca. MashaAllah.
Selain kegiatan ibadah sholat, pengalaman spiritual baru yang aku rasakan di kota yang memiliki mascot binatang berupa burung hantu ini, adalah Ifthor, yakni kegiatan berbuka puasa bersama di Masjid. Yang membedakannya dengan kegiatan ifthor di Tanah Air adalah di sini kami bisa berkumpul dengan komunitas muslim dari berbagai negara.
Agenda berbuka puasa di Masjid ini dilaksanakan setiap akhir pekan, hari Sabtu dan/ atau Ahad, dimana setiap pelaksanaannya akan disiapkan oleh komunitas negara yang berbeda-beda.
Di Ramadhan 1437 H lalu, Komunitas Indonesia mendapat urutan ketiga untuk menyediakan menu Ifthor di pekan ke 3 Ramahan, setelah sebelumnya giliran komunitas Arab diikuti komunitas Bangladesh. Saat itu paket makanan yang disiapkan adalah sejumlah 350 pcs.

Dalam menyiapkan menu paket makanan (bento  pack) tersebut, tentu saja sambil juga memperkenalkan kuliner dan citarasa Indonesia, yakni Rendang, yang telah sedikit diubah level kepedasannya supaya dapat diterima di lidah komunitas muslim lainnya. Penasaran dengan seperti apa menu Ifthor saat itu, bisa cek di gambar berikut ini.

Menjalani Ramadhan di Jepang
Menu Ifthor Ramadhan 1437 H, Tahun 2016 


Rincian menu yang disiapkan oleh Komunitas Indonesia adalah: Nasi Putih, Rendang, Sambel Goreng Kentang Telur Puyuh, Tahu Isi, Ayam Karaage dan Salad. Untuk menu Takjil, kami bekerja sama dengan Komunitas Malaysia.

Untuk mempersiapkan menu ini, kami komunitas muslim dibagi menjadi beberapa tim berdasarkan menu dan jobdesk, yakni Tim nasi, tim rendang, tim salad, tim sambel goreng kentang, tim tahu dan ayam karaage serta tim packing.

Menjalani Ramadhan di Jepang

Menjalani Ramadhan di Jepang

Menjalani Ramadhan di Jepang

Menjalani Ramadhan di Jepang

Ifthor merupakan salah satu kegiatan tahunan yang hampir melibatkan seluruh Komunitas Indonesia yang ada. Bisa dibayangkan kan, dengan jumlah porsi paket makanan yang hendak disiapkan, tentu membutuhkan jumlah personel yang cukup banyak. Komunitas Indonesia yang berada di Tsukuba sebagian besar berstatus pelajar/mahasiswa/atau peneliti di Research Centre dan/atau keluarga dari pelajar/mahasiswa/peneliti tersebut, sehingga memiiki kemampuan memasak yang tidak sama. Namun hal ini bukan menjadi penghalang, dengan merantau jauh dari Tanah Air tercinta membuat tangan-tangan para mahasiwa/peneliti dan keluarga mereka, menjadi terasah untuk bisa mengolah berbagai macam masakan khas Indonesia. Bagaimana menjadi tidak terasah? Masing-masing kami secara “terpaksa” harus terjun ke dapur supaya bisa menikmati masakan Indonesia yang selalu dirindukan. Dari yang dulunya jarang atau tidak pernah masuk dapur, dengan merantau mau tak mau akhirnya harus berjibaku dengan kompor dan panci penggorengan untuk bisa sekedar menikmati nasi goreng dengan topping telur ceplok sebagai menu sarapan atau menu bento yang akan dibawa sebagai bekal makan siang di kampusnya.
Meskipun saat pelaksaan kegiatan ini dibagi menjadi beberapa Tim berdasarkan menu, kegiatan ini juga menjadi salah satu sarana mempererat hubungan silaturahim dalam komunitas kami. Waktu berdiskusi untuk membicarakan progres kegiatan menjadi lebih intens, berbelanja kebutuhan Ifthor, menyiapkan bahan, dan memasak bahan, mengemas beberapa menu ke dalam satu wadah dengan jumlah ratusan, saling mensupport satu sama lain, rasa lelah yang dirasaan bersama-sama serta rasa lega yang dirasakan saat kegiatan ini telah selesai. Semua tentu mendapatkan kesan  bahagia dan lega. Semua orang ingin berlomba-lomba untuk berkontribusi dengan maksimal untuk bisa meraih keberkahan dan pahala dalam menyiapkan hidangan pembuka bagi orang yang sedang berbuka. 
Pengalaman spiritual lain yang aku dapatkan adalah bisa bersilaturahim langsung dengan Muslimah dari berbagai negara. Ya, ini adalah kali pertama aku keluar negeri sehingga bisa bertemu dengan banyak musimah berbagai negara seperti Mesir, Arab Saudi, Bangladesh, Maroko, Iran, Pakistan, India dan masih banyak lagi, tentu sangat berkesan bagiku. Banyak hal yang bisa aku amati dan pelajari. Meskipun kami sama-sama Muslimah tapi memiliki cara berpakaian dan gaya berbicara yang berbeda. Bahkan tidak jarang pula kami memiliki perbedaan terhadap ilmu fiqih, bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun dengan Tuhan. Awalnya sempat terkejut dengan perbedaan yang ditemui, namun dari situ aku memahami bahwa perbedaan pendapat pasti akan terjadi karena keluwesan dan keluasan dari ilmu fiqih itu sendiri. Tentu setiap muslim/muslimah telah memiliki keyakinan terhadap aliran fiqih yang dianut, yang terpenting adalah kita harus saling menghargai terhadap pilihan mereka. Itulah salah satu hal yang menunjukkan luas dan indahnya Islam.

Banyak sekali pengalaman spiritual yang dapati selama menjalankan ibadah Ramadhan pertama di Tsukuba. Semoga pengalaman ini menambah tingkat keimanan serta ketaqwaan kepada Allah. Aamiin yaa Robbal A'lamiin. 

Salam hangat

ARL


Sumber bacaan :
Sumber Foto 
  • Dokumen Pribadi 
  • Koleksi Ibu Hirofi UM


You May Also Like

0 comments

Terima kasih sudah berkunjung, dan berkomentar dengan santun 😊

Cara mengisi komentar:
Pilih NAME/URL, Ketik dengan URL Blog, Isi komentar 📝