UA-169280022-1 Peran Ibu Rumah Tangga Mengurangi Dampak Perubahan Iklim - Lembar Arsita Rahadiyani, Personal Blog milik Arsita Rahadiyani Loekito berisi cerita dan pengalaman

Peran Ibu Rumah Tangga Mengurangi Dampak Perubahan Iklim

by - June 06, 2020

Arsita Rahadiyani's Blog

Peran Ibu Rumah Tangga Mengurangi Dampak Perubahan Iklim
Sumber Gambar: Unsplash

Telah banyak dampak perubahan iklim yang telah kita rasakan sampai saat ini. Agar dampak tersebut tidak semakin bertambah maka perlu partisipasi dari semua pihak mulai dari pemerintah, instansi, tenaga ahi atau peneliti dan juga masyarakat untuk bersama-sama menanggulanginya. Kita sebagai seorang ibu rumah tangga pun bisa mengambil peran di dalamnya. Simak penjabarannya dalam Peran Ibu Rumah Tangga dalam Mengurangi Dampak Perubahan Iklim.


Setelah di artikel sebelumnya, aku sudah menulis tentang dampak perubahan iklim keterkaitannya dengan air. Maka selanjutnya aku akan membahas tentang bagaimana peran ibu rumah tangga dalam mengurangi dampak perubahan iklim.  

Water Usage atau Penggunaan Air

Pertama-tama mari kita pahami kembali tentang apa itu penggunaan/Konsumsi Air atau Water UsageJumlah konsumi/penggunaan air bisa dimaknai dua hal. 

Yang pertama adalah penggunaan air langsung atau direct water dan yang kedua adalah penggunaan air secara tidak langsung atau indirect water, ada juga yang menyebut dengan istilah virtual water.

Direct water atau penggunaan air langsung didefinisikan sebagai air yang dapat dilihat, dirasakan dan digunakan dalam waktu dan lokasi tertentu untuk menghasilkan barang atau jasa. Cara mudah membayangkan direct water adalah air ledeng atau air kran. Metode lain untuk membayangkannya adalah air yang diperlukan untuk melakukan operasi atau kegiatan. 

Aku ambil contoh saat ibu rumah tangga akan memasak nasi menggunakan penanak nasi atau Rice Cooker. Hal pertama yang dilakukan adalah mencuci beras kemudian menakar air yang dipakai untuk membuat nasi menjadi matang. Dari aktivitas ini kita bisa membayangkan ibu tersebut memerlukan air saat mencuci beras, dan juga membutuhkan sejumlah air untuk memasak beras agar matang menjadi nasi pulen untuk dinikmati bersama keluarga. Air yang bersinggungan langsung dipakai dalam proses memasak nasi itulah yang dikategorikan dalam direct water.

Yang kedua adalah pemakaian air tidak langsung atau indirect water. Ada pula yang  menyebutnya dengan virtual water, air virtual/air maya. Menurut wikipedia, virtual water juga disebut sebagai air yang tertanam, atau air yang tersembunyi di dalam suatu produk/barang, layanan/jasa , dan juga termasuk di dalam proses yang orang beli dan gunakan setiap hari. 

Agar mudah membayangkan virtual water, kita kembali pada contoh ibu rumah tangga yang sedang memasak nasi di mesin penanak tadi ya. 
Bahan yang diperlukan adalah beras. Untuk menghasilkan beras, ada sejumlah air yang diperlukan pada banyak langkah di sepanjang rantai produksinya. Langkah ini misalnya: air yang diperlukan untuk menumbuhkan padi, mengairi sawah, air yang dipakai untuk membajak sawah, air yang dipakai saat proses memanen padi, air dipakai oleh mesin saat mengangkut beras ke toko/gudang, dan air yang dipakai untuk membuat listrik untuk mengolah beras menjadi nasi. Ternyata setelah dibayangkan, jumlah air yang dipakai oleh ibu tadi sangat banyak bukan. Itulah yang disebut dengan virtual  water.


Virtual Water

Konsep virtual water dikenalkan oleh Professor John Anthony Allan dari King’s College London and the School of Oriental and African Studies dan mulai membuka pemikiran masyarakat dunia bahwa terdapat jejak air pada semua bahan pangan yang kita konsumsi dan barang yang kita gunakan.

Air maya, virtual water, yang terkandung dalam suatu produk didefinisikan sebagai total volume air tawar yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk menghasilkan produk (Allan 1998).  Kandungan air maya dari suatu produk (komoditas, barang atau jasa) merupakan volume air tawar yang digunakan untuk memproduksi produk, diukur dari tempat di mana produk tersebut diproduksi secara aktual (lokasi tempat produksi) dan berkaitan dengan "mata rantai” produksi (Hoekstra 2003, Renault 2002). Meskipun air virtual tidak terlihat oleh pengguna akhir suatu produk atau layanan, air tersebut telah dikonsumsi di seluruh proses yang memungkinkan terciptanya produk.

Ini mungkin tidak terlihat, tetapi jutaan liter virtual water digunakan untuk memproduksi keperluan kita  sehari-hari seperti pakaian, kertas, plastik, logam, bahan makanan dan juga makanan jadi. Dengan mengetahui berapa banyak air yang dibutuhkan untuk membuat suatu bahan baku dan produk serta layanan jasa yang kita gunakan dan konsumsi, merupakan langkah pertama yang penting untuk konservasi air dan menggunakan air lebih produktif.

Perkiraan jumlah air virtual yang terdapat pada beberapa bahan pangan dapat dilihat pada infografis di bawah ini.

Peran Ibu Rumah Tangga Mengurangi Dampak Perubahan Iklim

Peran Ibu Rumah Tangga Mengurangi Dampak Perubahan Iklim

Water Footprint

Saat ini telah hadir sebuah konsep yang dapat membantu dalam mengevaluasi penggunaan air yaitu water footprint. Pertama kali konsep ini diperkenalkan oleh Hoekstra (2003). Tapak air, water footprint,didefinisikan sebagai total volume air tawar yang dibutuhkan untuk memproduksi barang/jasa yang dikonsumsi oleh seseorang, sektor atau negara (Hoekstra et al.2011). 

Tapak air erat kaitannya dengan air maya yang merupakan representasi dari jumlah air yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk. 
Peran Ibu Rumah Tangga Mengurangi Dampak Perubahan Iklim

Hoekstra membagi tapak air menjadi tiga komponen yaitu:
Green Water Footprint, jumlah air hujan yang dibutuhkan (diuapkan atau digunakan secara langsung) untuk membuat suatu barang.
Blue Water Footprint, jumlah air permukaan dan air tanah yang dibutuhkan (diuapkan atau digunakan secara langsung) untuk menghasilkan suatu barang.
Grey Water Footprint, jumlah air tawar yang diperlukan untuk mencairkan air limbah yang dihasilkan di pabrik, untuk menjaga kualitas air, sebagaimana ditentukan oleh standar negara bagian dan lokal.

Peran Ibu Rumah Tangga Dalam Mengurangi Dampak Perubahan Iklim

Sebagai ibu rumah tangga, banyak peran yang kita jalankan. Beberapa peran itu diantaranya sebagai guru teladan, chef handal, quality checker, ahli gizi, tenaga medis, bodyguard, event organize, pengatur keuangan serta masih banyak peran lain yang dijalankan oleh sosok ibu, sejak ia bangun sampai dengan tidur kembali.

Peran Ibu Rumah Tangga Mengurangi Dampak Perubahan Iklim


Ibu juga lah sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya. Pemberi contoh utama setelah ayah dalam keluarga. Maka sebagai seorang ibu kita dapat juga melakukan langkah kecil namun akan sangat berarti jika bisa dilakukan secara konsisten. Langkah ibu nantinya akan dijadikan panutan oleh anggota keluarga. Ditambah lagi bila langkah-langkah ini bisa ditularkan kepada sesama ibu rumah tangga lainnya dan dikerjakan bersama seluruh anggota keluarga mereka. maka suatu perubahan besar telah terjadi. Dari langkah yang kecil nantinya dapat memberikan pengaruh yang luarbiasa bagi lingkungan, terutama untuk mengurangi dampak perubahan iklim khususnya berkaitan dengan semakin berkurangnya sumber air bersih. 

Berikut ini peran dari ibu rumah tangga untuk mengurangi dampak perubahan iklim, antara lain:
  • Menerapkan Food Preparation
Food prep adalah semacam metode yang mengubah bahan baku mentah (seperti buah, sayur, daging, ikan, biji-bijian, dan lain-lain) menjadi bahan siap masak.
Dengan menerapkan metode ini secara tidak langsung turut mengurangi limbah makanan atau food waste. Selain itu, dengan metode ini pula bahan makanan yang dimasukkan ke dalam wadah untuk disimpan sudah dalam keadaan bersih, sehingga saat hendak memasaknya kita tidak perlu mengulangi proses pencucian.  
Secara data, limbah makanan terbesar ternyata bukan dari acara-acara pesta atau event tapi malahan dari rumah tangga. Lalu hal lain yang buat aku untuk melanjutkan rutinitas ini adalah untuk bisa lebih sering membiasakan diri makan sayur dan buah.

  • Mengubah Pola Makan
Mengubah pola makan kita menjadi lebih banyak mengkonsumsi sayuran ternyata bisa menghemat konsumsi air. Karena produk sayuran lebih menghemat konsumsi air dibandingkan dengan produk daging dan turunannya.
Bukan berarti tidak boleh mengkonsumsi daging ya, tetapi saat membuat daftar menu selama mingguan selalu masukkan menu sayuran kedalamnya. Selain asupan gizi keluarga terjaga dan seimbang, kita juga turut berpern dalam penghematan konsumsi air. 

  • Terapkan Perilaku Hemat Air 
Kebutuhan air tidak hanya untuk menjaga kesehatan diri, namun beberapa kegiatan sehari-hari seperti mencuci, memasak, membersihkan diri juga membutuhkan air dalam penggunaannya. Tidak bisa dibayangkan bukan, apabila persediaan air menipis sedangkan hampir seluruh kegiatan kita sehari-hari membutuhkan air.
Jadi ibu bisa menanamkan perilaku hemat air dari rumah, misalnya:
- Mandi menggunakan pancuran air, shower, daripada berendam di bathbath. Cara kerja alat ini yang mengeluarkan air seperti hujan membuat dengan mudah dapat membasahi seluruh badan mulai dari atas ke bawah dan dari depan ke belakang.
- Siapkan gelas kecil di wastafel atau kamar mandi untuk keperluan sikat gigi, sehingga tidak membiarkan air kran mengalir.
- Menggunakan air bekas mencuci sayur/buah/daging/ikan untuk menyiram sayuran
- Menggunakan air untuk berwudhu secukupnya

  • Tepat Memilih Mesin Cuci
Pilihlah mesin cuci yang sesuai kapasitas cucian, karena semakin besar kapasitasnya, semakin besar pula daya yang digunakan.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa konsumsi air pada mesin cuci bukaan depan 60% lebih sedikit daripada konsumsi air pada mesin cuci bukaan atas. Mengapa demikian? Ini dikarenakan mesin cuci bukaan atas memerlukan banyak air untuk merendam cucian sepenuhnya. Sebaliknya, mesin cuci bukaan depan hanya menggunakan sedikit air.
Meski sampai saat ini aku sendiri masih menggunakan mesin cuci bukaan atas, karena mesin cuci bukaan atas harganya masih lebih mahal, tapi setidaknya aku sudah memilih mesin cuci dan menggunakannya sesuai kapasitasnya. 

  • Selalu Cek Kran atau Pipa yang Bocor
Meskipun kadang nampak sepele, satu tetes air pada kran yang bocor dapat membuang sekitar 24,000 liter air/tahun. Jadi bila ibu melihat ada kran yang masih menetaskan air saat sudah ditutup, atau ada pipa yang bocor dan merembes, segera minta bantuan kepada suami untuk membetulkannya ya. Langkah ini bisa menghemat konsumsi air juga lho. 

  • Memilih Bahan Pakaian yang Tepat
Dari tabel yang aku tampilkan sebelumnya ada informasi tentang konsumsi air maya,virtual water, untuk beberapa pakaian. 
Bandingkan antara celana jeans dengan jenis pakaian yang terbuat dari kain katun, ternyata nilai virtual waternya sangat jauh berbeda. 
Jadi bijaklah dalam memilih bahan pakaian yang hendak dibeli, sesekali saja tentu saja boleh membeli celana jeans. Karena ternyata pakaian berbahan jeans selain nilai virtual waternya tinggi, konsumsi air yang digunakan saat proses pencucian harian juga lebih tinggi dibandingkan dengan pakaian yang terbuat dari katun atau polyester.


Peran Ibu Rumah Tangga Mengurangi Dampak Perubahan Iklim

  • Memilih Hasil Pangan Lokal
Dengan memilih hasil pangan produksi lokal atau dalam negeri, kita turut berperan dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Karena saat memilih pangan hasil dalam negeri kita selain mengurangi emisi bahan bakar dari moda transportasi pengangkutnya, langkah ini pun turut memangkas kebutuhan air yang dipakai untuk proses pengangkutan pangan tersebut, (water virtual).
  • Pasang Eco Flush
Memasang sistem eco flush ternyata bisa turut mengurangi konsumi direct water. Hal ini yang telah diterapkan di Jepang. Di sistem ini kenop flush disetting dengan dua macam kerja. Pilihan eco dan normal. Di Jepang, hal ini diterapkan di mesin toiletnya dengan memasan jenis flush 大 (baca: dai) yang berarti besar/banyak, dan 小 (baca: chiisai) yang berarti kecil atau sedikit, dalam hal ini eco. Sehingga dengan menyediakan kenop eco, orang bisa memilih pemakaian yang lebih hemat air.




Sistem eco flush yang paling menarik kutemukan saat berkesempatan tinggal di Tsukuba, Jepang. Disini selain menerapkan kenop yang tadi sudah disebutkan, hal menarik lainnya ada pada bagian atas tangki mesin toilet. Lihat gambar di bawah ini. Di bagian atas mesin toilet, kran air untuk mengisi tangki ditempatkan pada bagian luar atas, serta dilengkapi semacam tadahan untuk menampung air sebelum masuk ke dalam tangki melalui lubang kecil. Fungsi dari sistem ini adalah untuk juga menghemat penggunaan air. Jadi pengguna toilet bisa memakai air mengalir dari kran untuk membasuh tangan, sebelum air itu masuk ke lubang untuk mengisi penuh tangki toilet. Membuat pengguna toilet tidak perlu menyediakan wastafel lagi untuk keperluan mencuci tangan. 

Saat ini, metode tersebut mulai dipromosikan juga oleh perusahaan pembuat toilet yang dipasarkan di Indonesia. Menjadikan jenis mesin toilet yang menggunakan sistem eco flush ini bisa dipilih dan dipakai oleh ibu rumah tangga di Indonesia
  • Membawa Kantong Belanja Sendiri
Selain lebih hemat karena tidak perlu mengeluarkan ekstra biaya untuk membayar plastik atau kantong belanjaan, tindakan membawa kantong belanjaan sendiri dapat berperan besar untuk menjaga lingkungan. Kantong plastik bersifat tidak ramah lingkungan karena membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai di lingkungan, sehingga akan lebih baik kalau kita memakainya berulang kali. 

Mulai dari Hal Kecil, Mulai dari Sekarang

Mempelajari dan memahami konsep virtual water dan water footprint ini diharapkan menjadi awal perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat dalam menggunakan air. Fakta betapa banyaknya jumlah air yang dibutuhkan dalam membuat suatu barang membantu kita bisa lebih bijak dalam pola konsumsi dan memilah-milah antara kebutuhan atau sekadar keinginan. Semoga dengan peran ibu rumah tangga dalam keluarga bisa memberikan pengaruh yang besar bagi lingkungan, terutama untuk mengurangi dampak  perubahan iklim. Mulailah dari hal yang kecil, dan mulailah sekarang juga. 

Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.


Semoga bermanfaat.
Salam hangat.
ARL



You May Also Like

2 comments

  1. kalau dirumah dan ketika ibuku tau aku boros air pasti akan teriak teriak hehe, semua kran nyala, padahal yang dipakai cuman 1 kran
    membawa kantong belanjaan sendiri ini mungkin hanya beberapa orang yang masih melakukan, saya sendiri kalo ada niatan belanja agak banyak, saya usahakan untuk bawa tote bag sendiri yang bisa dilipat lipat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbaak..
      Naluri ibu..selalu mengingatkan anaknya.. :)

      Akupun berusaha untuk membawa sendiri juga mbak, atau pakai alternatif kardus

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung, dan berkomentar dengan santun 😊

Cara mengisi komentar:
Pilih NAME/URL, Ketik dengan URL Blog, Isi komentar 📝