UA-169280022-1 Status Keadaan Darurat Jepang Resmi Dicabut - Lembar Arsita Rahadiyani, Personal Blog milik Arsita Rahadiyani Loekito berisi cerita dan pengalaman

Status Keadaan Darurat Jepang Resmi Dicabut

by - May 29, 2020


Status Keadaan Darurat di Jepang Resmi Dicabut

Sehari setelah seluruh umat Islam dunia merayakan Hari Raya Idul Fitri 1441 H, atau bertepattan dengan tanggal 25 Mei 2020, pemerintah Jepang melalui Perdana Menterinya, PM Shinzo Abe, akhirnya menyatakan bahwa Status Keadaan Darurat resmi dicabut. 

Di hari kedua bulan Syawal 1441 H, Pemerintah Jepang telah resmi mencabut Status Keadaan Darurat, dalam bahasa Jepang disebut dengan 緊急事態宣言 (baca: kinkyu jitai sengen) melalui pernyataan resmi Perdana Menteri Shinzo Abe. Hal ini dikemukan pada Press Release yang dilaksanakan di Kota Metropolitan Tokyo pada Senin, 25 Mei 2020. 

Berikut kutipan hasil terjemahan oleh Ibu Yati Anggarini, pernyataan yang dikeluarkan oleh PM Shinzo Abe. 

Tanggal 25 Mei 2020, diputuskan bahwa Status Keadaan Darurat dicabut secara nasional. Sejak Maret, di Eropa dan Amerika telah terjadi “overshoot” dan diterapkan “lockdown” selama hampir dua bulan lebih. Di lain pihak, meskipun Jepang tidak bisa menerapkan pembatasan kegiatan secara tegas, namun dalam kurun waktu 1.5 bulan masa penerapan status keadaan darurat bisa menekan penyebaran virus. Hal ini tentu berkat dengan kerja sama dari semua warga masyarakat. Terima kasih atas semua kerja sama dan kesabaran dari semua warga masyarakat. Ucapan terima kasih yang dalam juga ditujukan bagi semua staff di pelayanan kesehatan yang sudah bekerja keras di tengah situasi yang tidak mudah ini.

Situs terkait: 

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa bagaimana pemerintah Jepang sangat berterima kasih atas kerjasama seluruh warganya selama hampir satu setengah bulan untuk melakukan pembatasan aktivitas dalam kehidupannya. Hal ini juga karena peran aktif dari seluruh masyarakat untuk melakukan Pembatasan Sosial sangat berperan besar terhadap upaya pencegahan penyebaran pandemi Covid-19. 
Kebijakan pemerintah serta partisipasi aktif dan kerjasama masyarakat dapat berdampak besar terhadap suatu perubahan. Suatu sikap dan kondisi yang patut dijadikan contoh. 

Didahului dengan Pencabutan Status Keadaan Darurat di 39 Prefektur

Pencabutan status keadaan darurat ini tidak serta merta langsung diterapkan di seluruh wilayah Jepang. Faktanya bahwa sepuluh hari sebelumnya, yakni tanggal 15 Mei 2020, PM Jepang juga telah mengeluarkan keputusan untuk mencabut status tersebut di 39 Prefektur yang ada di Jepang, menyisakan Tokyo, Kanagawa, Chiba, Saitama, Osaka, Kyoto, Hyogo dan Hokkaido. 

Pencabutan Status Keadaan Darurat di 39 Prefektur ini diambil berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain
  • jumlah pasien baru cenderung menurun
  • jumlah pasien baru per 100.000 populasi bisa ditekan di bawah 0.5 orang dalam kurun waktu seminggu terakhir
  • kondisi munculnya pasien baru dengan asal penularan yang tidak diketahui sudah membaik. Dengan keadaan yang sekarang diharapkan penanganan cluster baru yang muncul bisa dilaksanakan secara maksimal sehingga bisa mencegah meluasnya penularan.
Sedangkan untuk 8 Prefektur, salah satunya adalah Tokyo, meskipun jumlah pasien baru sudah turun secara drastis, jumlah pasien dengan gejala berat untuk kota besar Tokyo dan juga Osaka sudah turun 60% dari masa puncak, namun hal ini tetapi masih dianggap rentan dan beresiko. Sehingga di wagra masyarakat yang tinggal di kedelapan Prefektur tersebut tetap diharapkan untuk membatasi keluar rumah untuk keperluan yang tidak mendesak dan juga membatasi aktivitas bepergian ke daerah.

PM Shinzo juga menyampaikan bahwa pada tanggal 21 Mei 2020, hal ini akan dievaluasi kembali, sehingga apabila keadaan sudah lebih baik maka diharapkan status keadaan darurat bisa dicabut tanpa perlu menunggu sampai dengan akhir bulan Mei seperti sudah ditetapkan pada Press Release yang ia lakukan pada 5 Mei 2020.

Baca juga: Memahami Status Keadaan Darurat di Jepang


Menurut PM Shinzo Abe, di wilayah Hokkaido, Jerman dan Korea, setelah batasan-batasan kegiatan dicabut, muncul cluster baru serta terjadi kenaikan kembali terhadapa jumlah pasien baru. Sehingga kepada warga masyarakat yang tinggal di 39 Prekfektur, Perdana Menteri Jepang berpesan untuk tetap melaksanakan hal-hal berikut: 
  1. Secara bertahap menormalkan aktivitas. Sebisa mungkin menghindari kontak langsung orang ke orang, menghindari bepergian ke luar prefektur paling tidak dalam bulan ini
  2. Tetap melanjutkan perubahan yang positif seperti telework, dll
  3. Tetap waspada terhadap penularan virus dalam berbagai situasi. Untuk contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari bisa dilihat di panduan yang telah disampaikan oleh Tim Ahli dari Ministry of Health Labour and Welfare Japan (新しい生活様式: Kehidupan sehari-hari dengan cara baru)
Untuk melihat Panduan dari Ministry of Health Labour and Welfare Japan silahkan klik di tautan berikut: 


Pemerintah Jepang melalui Perdana Menterinya juga menambahkan bahwa dengan dimulainya kegiatan-kegiatan ekonomi yang telah terhenti, maka resiko munculnya penularan gelombang kedua selalu ada. Oleh sebab itu kita semua harus selalu waspada dan tidak boleh lengah. Apabila jumlah pasien baru naik lagi, maka masih ada kemungkinan untuk menetapkan status keadaan darurat yang kedua. Namun sekali lagi beliau menegaskan bahwa, hal ini bisa dihindari apabila ada dan dukungan kerjasama dari seluruh warga. Usaha keras dari semua warga masyarakat telah membuahkan hasil yang muncul secara obyektif dalam bentuk berbagai macam indikator. Dengan telah dilakukannya batasan-batasan kegiatan yang berlangsung cukup lama, tidak dipungkiri bahwa banyak warga yang sudah mulai lelah dan bosan, tetapi beliau mengajak kepada seluruh warga Jepang agar harus percaya bahwa jerih payah selama ini sudah membuahkan hasil, dan masih diperlukan kerjasama dalam mengupayakan kehidupan sehari-hari dengan cara baru untuk bisa melalui masa-masa sulit ini.

Tidak Sampai Akhir Mei, Status Keadaan Darurat di Jepang Resmi Dicabut

Pada Press Release yang dilakukan oleh PM Shinzo Abe pada Senin, 25 Mei 2020, 緊急事態宣言 (baca: kinkyu jitai sengen) atau Status Keadaan Darurat di Jepang resmi dicabut. 

Status Keadaan Darurat Jepang Resmi Dicabut.
Sumber: Google


Dalam kutipan pidato beliau, hasil terjemahan dari Ibu Yati Anggarini, setelah berterima kasih kepada seluruh warga atas upaya keras dan kerja sama semuanya dalam melakukan pembatas aktivitas yang telah dilakukan hampir lebih dua bulan, akhirnya kondisi penyebaran virus dapat ditekan. Beberapa hal lain yang disampaikan antara lain:
  • Dengan memperhatikan kondisi penularan, secara bertahap akan dimulai kembali aktivitas seni, budaya, olahraga, rekreasi, dan lainnya. Sebagai contoh, untuk konser dan berbagai macam event akan dimulai dengan 100 orang, 1,000 orang, 5,000 orang, 50% dari kapasitas ruangan dan selanjutnya. 
  • Untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah, dimulai dengan pembagian jadwal pergi ke sekolah, sesuai panduan yang telah dikeluarkan oleh Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology (MEXT) Japan atau Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang.
  • Telah disiapkan panduan pencegahan penularan untuk lebih dari 100 industri. Untuk pengadaan berbagai macam tindakan pencegahan penularan, pemerintah menyediakan subsidi maksimal sebesar 1.5 juta yen untuk usaha kecil dan menengah.
  • Virus akan tetap ada di sekitar kita meskipun status keadaan darurat sudah dicabut. Demi menjaga keseimbangan pencegahan penularan dan berjalannya kegiatan ekonomi, masih diminta untuk tetap waspada, sering mencuci tangan, menghindari 3密, memakai masker,. Apabila nantinya jumlah pasien baru mengalami kenaikan lagi, hal yang terburuk adalah akan diberlakukan lagi status keadaan darurat. Kita bisa menghindari hal ini apabila semua warga bekerja sama dalam menerapkan pola hidup baru ini.
Status Keadaan Darurat Jepang Resmi Dicabut

Selain itu PM Shinzo Abe juga menyinggung tentang kondisi kerjasama Internasional. Menurutnya meskipun kondisi di Jepang sudah membaik, pada era globalisasi seperti sekarang ini, apabila kondisi negara-negara lain masih belum membaik, ekonomi Jepang juga tidak akan bisa pulih. Jepang tidak bisa hanya memikirkan negara kita sendiri. Oleh sebab itu pada pertemuan G7 yang akan diadakan bulan depan, Jepang akan mengusulkan agar pengembangan obat dan vaksin Covid-19 ini bisa diselenggarakan secara internasional secara terbuka dan untuk mendirikan “Patent Pool” dalam hal ini, agar bisa dimanfaatkan oleh negara berkembang juga.

Situs terkait: 

Demikian sedikit catatan dari hasil pengumpulan data perihal 緊急事態宣言 (baca: kinkyu jitai sengen) atau Status Keadaan Darurat di Jepang. Semoga ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dan pelajari bersama. 

Sekian, semoga bermanfaat.
Salam hangat

ARL






You May Also Like

8 comments

  1. sami-sami mbak.
    Aku tunggu masukannya ya mbak..
    Makasih mbak

    ReplyDelete
  2. Wah disana udah selesai y... Tinggal di indo yg belum nih, thank mba infonya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Meski sudah dicabut, pemerintah tetap menghimbau social distancing mbak..untuk mencegah timbulnya kasus baru..
      Semoga di Indonesia jugaa yaa..semua pihak terus bekerja sama untuk upaya pencegahan

      Delete
  3. Wah iya nih. Kmrn abis lebaran lihat berita tentang ini juga. Semoga keadaan segera membaik ya. Terutama juga untuk Indonesia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin..
      Iya mbak, semoga semua pihak mau bekerja sama untuk upaya pencegahan

      Delete
  4. wah alhamdulillah, semoga di Indo menyusul yak mbak. Semoga. Apa yg berubah mbak kalo dari mbak Arsita dan keluarga? Bokeh diceritain juga mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin kak..
      Semoga semua pihak mau bekerja sama untuk upaya pencegahan yaa..

      Iya nie kak, next project.. ;)

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung, dan berkomentar dengan santun 😊

Cara mengisi komentar:
Pilih NAME/URL, Ketik dengan URL Blog, Isi komentar 📝